Saturday 16 March 2013

sea walker bali

Bali Seawalker Bali Seawalker – Wisata berjalan-jalan di dasar laut cuma ada di Bali. Seawalker merupakan salah satu tempat wisata favorit di Bali. Seat dan jadwal terbatas, silakan booking terlebih dahulu (untuk kenyamanan, kami tidak melayani peserta tanpa pemesanan) APA ITU SEAWALKER atau MARINE WALK? Wisata seawalker hanya ada di beberapa tempat saja di dunia seperti Jepang, Australia dan Indonesia (Bali). Wisata seawalker menggunakan helm khusus yang dialiri udara yang memungkinkan peserta seawalker bisa bernafas sama dengan di darat. Bagi kita yang memakai kacamata atau memakai Jilbab,kerudung tetap bisa mengikuti kegiatan ini. Untuk melihat foto-foto dan video keren Seawalker, lihat di www.balikuholiday.com. Untuk daftar harga paket-paket murah Seawalker, klik www.balikuholiday.com LANGKAH – LANGKAH SEAWALKER Seawalker memungkinkan orang yang tidak berenang atau diving, tetap bisa menikmati keindahan biota bawah laut Indonesia yang begitu kaya. Keren kan? Berikut tahapan-tahapan dalam aktifitas wisata seawalker di Bali : PAKAIAN SEAWALKER Bagi anda yang kurang merasa nyaman dengan pakaian renang, Anda tetap dapat menggunakan pakaian casual biasa agar tetap mudah dapat bergerak di dalam air.

Wednesday 13 March 2013

scuba diving di bali

Menjelajahi dunia dasar laut memiliki sensasi yang sama seperti menjelajahi luar angkasa. Bagi Anda yang menyukai dunia dasar laut dan tak sungkan mengenakan wetsuit yang ketat, olahraga selam pasti menarik hati Anda. Scuba diving (menyelam scuba) saat ini menjadi salah satu olahraga air yang paling digemari. Begitu populernya, hingga hampir satu juta orang mendapatkan sertifikat penyelam setiap tahunnya. Pada dasarnya, olahraga ini hanya melibatkan sebuah tabung udara yang diletakkan di punggung dan Anda hanya menyelam ke dalam air dengan dilindungi seperangkat baju anti air serta tabung tersebut yang membuat Anda tetap dapat bernapas dalam air. Cukup menarik, bukan? Ada beberapa hal dasar yang perlu Anda perhatikan: Pastikan bahwa Anda benar benar ingin melakukannya. Persiapkan diri Anda fisik dan mental. Dari segi fisik, Anda harus dapat berenang, sehat dan tidak memiliki gangguan pernapasan, serta kemampuan untuk menyesuaikan keseimbangan. Dari segi mental, Anda diharuskan mampu mengatasi kepanikan, beradaptasi dengan orang lain, serta mengatasi rasa jijik menghadapi makhluk laut yang berbentuk aneh. Persiapkan semua peralatan yang Anda butuhkan: Meski niat Anda sangat besar untuk dapat menyelam, tapi pertimbangkan masak masak bila Anda ingin membeli peralatan-peralatan menyelam seperti masker, snorkel, fin dan booties. jika ingin membeli hub,dive shop terdekat anda Membeli perlengkapan menyelam bisa jadi lebih murah dibandingkan bila Anda harus menyewa setiap kali Anda ingin menyelam. Tapi harga peralatan selam cukup mahal, itu sebabnya pastikan terlebih dahulu Anda benar-benar berminat dengan olahraga ini dan akan melakukannya dengan teratur sebelum Anda benar-benar membelinya. Belajar dari intruktur: Agar Anda dapat menyelam ini dengan benar belajarlah di bawah bimbingan instruktur yanc berpengalaman dan penyelam bersertifikat instruktur tersebut akan membimbing Anda belajar secara bertahapan sehingga penyelaman pertama Anda dapat berjalan mulus dan menyenangkan. Seringkali pengalaman menyelam pertama yang kurang benar dapat menimbulkan perasaan traumatik,dan akan mempengaruh keinginan Anda untuk menyelam lagi. Jadilah penyelam bersertifikat. Setelah semua ketrampilan Anda pelajari lengkapilah diri Anda dengan sertifikat yang diakui oleh PADI (Professional Association of Diving Instructor).atau yg lainnya www.balikuholiday.com

galungan&kuningan

Sejarah Hari Raya Galungan masih merupakan misteri. Dengan mempelajari pustaka-pustaka, di antaranya Panji Amalat Rasmi (Jaman Jenggala) pada abad ke XI di Jawa Timur, Galungan itu sudah dirayakan. Dalam Pararaton jaman akhir kerajaan Majapahit pada abad ke XVI, perayaan semacam ini juga sudah diadakan. Menurut arti bahasa, Galungan itu berarti peperangan. Dalam bahasa Sunda terdapat kata Galungan yang berarti berperang. Parisadha Hindu Dharma menyimpulkan, bahwa upacara Galungan mempunyai arti Pawedalan Jagat atau Oton Gumi. Tidak berarti bahwa Gumi/ Jagad ini lahir pada hari Budha Keliwon Dungulan. Melainkan hari itulah yang ditetapkan agar umat Hindu di Bali menghaturkan maha suksemaning idepnya ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi atas terciptanya dunia serta segala isinya. Pada hari itulah umat angayubagia, bersyukur atas karunia Ida Sanghyang Widhi Wasa yang telah berkenan menciptakan segala-galanya di dunia ini. Ngaturang maha suksmaning idép, angayubagia adalah suatu pertanda jiwa yang sadar akan Kinasihan, tahu akan hutang budi. Yang terpenting, dalam pelaksanaan upakara pada hari-hari raya itu adalah sikap batin. Mengenai bebanten tidak kami tuliskan secara lengkap dan terinci. Hanya ditulis yang pokok-pokok saja menurut apa yang umum dilakukan oleh umat. Namun sekali lagi, yang terpenting adalah kesungguhan niat dalam batin. Dalam rangkaian peringatan Galungan, pustaka-pustaka mengajarkan bahwa sejak Redite Pahing Dungulan kita didatangi oleh Kala-tiganing Galungan. Sang Kala Tiga ialah Sang Bhuta Galungan, Sang Bhuta Dungulan dan Sang Bhuta Amangkurat. Disebutkan dalam pustaka-pustaka itu: mereka adalah simbul angkara (keletehan). Jadi dalam hal ini umat berperang, bukanlah melawan musuh berbentuk fisik, tetapi kala keletehan dan adharma. Berjuang, berperang antara dharma untuk mengalahkan adharma. Menilik nama-nama itu, dapatlah kiranya diartikan sebagai berikut: Hari pertama = Sang Bhuta Galungan. Galungan berarti berperang/ bertempur. Berdasarkan ini, boleh kita artikan bahwa pada hari Redite Pahing Dungulan kita baru kedatangan bhuta (kala) yang menyerang (kita baru sekedar diserang). Hari kedua = Sang Bhuta Dungulan. Ia mengunjungi kita pada hari Soma Pon Dungulan keesokan harinya. Kata Dungulan berarti menundukkan/ mengalahkan. Hari ketiga = Sang Bhuta Amangkurat Hari Anggara Wage Dungulan kita dijelang oleh Sang Bhuta Amangkurat. Amangkurat sama dengan menguasai dunia. Dimaksudkan menguasai dunia besar (Bhuwana Agung), dan dunia kecil ialah badan kita sendiri (Bhuwana Alit). Pendeknya, mula-mula kita diserang, kemudian ditundukkan, dan akhirnya dikuasai. Ini yang akan terjadi, keletehan benar-benar akan menguasai kita, bila kita pasif saja kepada serangan-serangan itu. Dalam hubungan inilah Sundari-Gama mengajarkan agar pada hari-hari ini umat den prayitna anjekung jnana nirmala, lamakane den kasurupan. Hendaklah umat meneguhkan hati agar jangan sampai terpengaruh oleh bhuta-bhuta (keletehan-keletehan) hati tersebut. Inilah hakikat Abhya-Kala (mabiakala) dan metetebasan yang dilakukan pada hari Penampahan itu. Menurut Pustaka (lontar) Djayakasunu, pada hari Galungan itu Ida Sanghyang Widhi menurunkan anugrah berupa kekuatan iman, dan kesucian batin untuk memenangkan dharma melawan adharma. Menghilangkan keletehan dari hati kita masing-masing. Memperhatikan makna Hari Raya Galungan itu, maka patutlah pada waktu-waktu itu, umat bergembira dan bersuka ria. Gembira dengan penuh rasa Parama Suksma, rasa terimakasih, atas anugrah Hyang Widhi. Gembira atas anugrah tersebut, gembira pula karena Bhatara-bhatara, jiwa suci leluhur, sejak dari sugi manek turun dan berada di tengah-tengah pratisentana sampai dengan Kuningan. Penjor terpancang di muka rumah dengan megah dan indahnya. Ia adalah lambang pengayat ke Gunung Agung, penghormatan ke hadirat Ida Sanghyang Widhi. Janganlah penjor itu dibuat hanya sebagai hiasan semata-mata. Lebih-lebih pada hari raya Galungan, karena penjor adalah suatu lambang yang penuh arti. Pada penjor digantungkan hasil-hasil pertanian seperti: padi, jagung, kelapa, jajanan dan lain-lain, juga barang-barang sandang (secarik kain) dan uang. Ini mempunyai arti: Penggugah hati umat, sebagai momentum untuk membangunkan rasa pada manusia, bahwa segala yang pokok bagi hidupnya adalah anugrah Hyang Widhi. Semua yang kita pergunakan adalah karuniaNya, yang dilimpahkannya kepada kita semua karena cinta kasihNya. Marilah kita bersama hangayu bagia, menghaturkan rasa Parama suksma. Kita bergembira dan bersukacita menerima anugrah-anugrah itu, baik yang berupa material yang diperlukan bagi kehidupan, maupun yang dilimpahkan berupa kekuatan iman dan kesucian batin. Dalam mewujudkan kegembiraan itu janganlah dibiasakan cara-cara yang keluar dan menyimpang dari kegembiraan yang berdasarkan jiwa keagamaan. Mewujudkan kegembiraan dengan judi, mabuk, atau pengumbaran indria dilarang agama. Bergembiralah dalam batas-batas kesusilaan (kesusilaan sosial dan kesusilaan agama) misalnya mengadakan pertunjukkan kesenian, malam sastra, mapepawosan, olahraga dan lain-lainnya. Hendaklah kita berani merombak kesalahan-kesalahan/ kekeliruan-kekeliruan drsta lama yang nyata-nyata tidak sesuai atau bertentangan dengan ajaran susila. Agama disesuaikan dengan desa, kala dan patra. Selanjutnya oleh umat Hindu di Bali dilakukan persernbahyangan bersama-sama ke semua tempat persembahyangan, misalnya: di sanggah/ pemerajan, di pura-pura seperti pura-pura Kahyangan Tiga dan lain-lainnya. Sedangkan oleh para spiritualis, Hari Raya Galungan ini dirayakan dengan dharana, dyana dan yoga semadhi. Persembahan dihaturkan ke hadapan Ida Sanghyang Widhi dan kepada semua dewa-dewa dan dilakukan di sanggah parhyangan, di atas tempat tidur, di halaman, di lumbung, di dapur, di tugu (tumbal), di bangunan-bangunan rumah dan lain-lain. Seterusnya di Kahyangan Tiga, di Pengulun Setra (Prajapati), kepada Dewi Laut (Samudera) Dewa Hutan (Wana Giri) di perabot-perabot / alat-alat rumah tangga dan sebagainya. Widhi-widhananya untuk di Sanggah/ parhyangan ialah: Tumpeng penyajaan, wewakulan, canang raka, sedah woh, penek ajuman, kernbang payas serta wangi-wangian dan pesucian. Untuk di persembahyangan (piasan) dihaturkan tumpeng pengambean, jerimpen, pajegan serta dengan pelengkapnya. Lauk pauknya sesate babi dan daging goreng, daging itik atau ayarn, dibuat rawon dan sebagainya. Sesudah selesai menghaturkan upacara dan upakara tersebut kemudian kita menghaturkan segehan tandingan sebagaimana biasanya, untuk pelaba-pelaba kepada Sang Para Bhuta Galungan, sehingga karena gembiranya mereka lupa dengan kewajiban- kewajibannya mengganggu dan menggoda ketentraman batin manusia. Demikianlah hendaknya Hari Raya Galungan berlaku dengan aman dan diliputi oleh suasana suci hening, mengsyukuri limpahan kemurahan Ida Sanghyang Widhi untuk keselamatan manusia dan seisi dunia. Pada hari Saniscara Keliwon Wuku Kuningan (hari raya atau Tumpek Kuningan), Ida Sanghyang Widhi para Dewa dan Pitara-pitara turun lagi ke dunia untuk melimpahkan karuniaNya berupa kebutuhan pokok tersebut. Pada hari itu dibuat nasi kuning, lambang kemakmuran dan dihaturkan sesajen-sesajen sebagai tanda terimakasih dan suksmaning idep kita sebagai manusia (umat) menerima anugrah dari Hyang Widhi berupa bahan-bahan sandang dan pangan yang semuanya itu dilimpahkan oleh beliau kepada umatNya atas dasar cinta-kasihnya. Di dalam tebog atau selanggi yang berisi nasi kuning tersebut dipancangkan sebuah wayang-wayangan (malaekat) yang melimpahkan anugrah kemakmuran kepada kita semua. Demikian secara singkat keterangan-keterangan dalam merayakan hari Raya Galungan dan Kuningan dalam pelaksanaan dari segi batin.

Friday 8 March 2013

omed omedan.tradisi cium di bali

June 26, 2010 Omed-Omedan, Tradisi Cium-Ciuman Di Bali Omed-Omedan atau bahasa indonesia nya adalah cium-ciuman(tarik-menarik), sebuah tradisi di Pulau Dewata, Bali. waah... asik dunk bisa cium-ciuman. Eits.. tunggu dulu, ini ada cerita tentang tradisi omed-omedan dari teman saya asli orang bali lho, dia di kenal dengan Itik Bali di ranah blogosphere, tepatnya dia lebih dari teman. Darinya aku banyak tahu tentang Bali, Bahasa Bali, sampai ke tradisinya, terutama omed-omedan, hehehe.. Upss.. kok ketawa? jangan berfikiran yang tidak-tidak yah.. tentang omed-omedan, dari arti bahasa Indonesia nya memang banyak yang penasaran sekaligus membayangkannya. Jadi seperti ini ceritanya, Omed-omedan atau juga disebut Med-medan adalah acara ciuman massal yang rutin digelar oleh warga Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar Selatan, pada setiap setiap tanggal 1 tahun Caka, atau sehari setelah Hari Nyepi. Menurut cerita masyarakat setempat, acara ini sudah diwariskan sejak tahun 1900-an. Omed-omedan melibatkan sekaa teruna-teruni atau pemuda-pemudi umur 17 tahun hingga 30 tahun atau yang sudah menginjak dewasa namun belum menikah. Dalam bahasa Bali, Med-medan sama dengan paid-paidan, berarti saling tarik menarik. Jadi med-medan adalah ritual saling tarik-menarik antara kelompok pemuda dengan kelompok pemudi untuk memohon keselamatan seluruh warga desa. Ini Foto sepasang muda mudi yang sedang omde-omedan, sebelum tepat sasaran itu ciuman langsung di siram, hehehe, tapi kalau yang ada tepat sasaran biasanya malah betah berlama-lama dan tidak mau melepaskan ciuman, jiahaha.. Prosesi med-medan dimulai dengan persembahyangan bersama untuk mohon keselamatan. Usai sembahyang, peserta dibagi menjadi dua kelompok, laki-laki dan perempuan. Kemudian kedua kelompok tersebut mengambil posisi saling berhadapan di jalan utama desa. Setelah seorang sesepuh desa memberikan aba-aba, kedua kelompok saling mendekat. Bnegitu bertemu, peserta terdepan saling tarik menarik lalu berciuman disaksikan ribuan penonton. Prosesi tersebut dilakukan secara bergantian sehingga semua peserta kebagian berciuman. Foto Cewek/Gadis Bali di tradisi Omed-Omedan Bali, Woow.. Cantik juga ya Gan.. terbayang ga?? Jiahahha..www.balikuholiday.com

nyepi di bali

Pengertian Nyepi Ogoh-ogoh yang sedang diparadekan di daerah Ngrupuk dalam upacara Bhuta Yajna. Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit. Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali. [sunting]Melasti, Tawur (Pecaruan), dan Pengrupukan Tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan Penyucian dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis. Pada hari tersebut, segala sarana persembahyangan yang ada di Pura (tempat suci) diarak ke pantai atau danau, karena laut atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri manusia dan alam. Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "tilem sasih kesanga" (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di segala tingkatan masyarakat, mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan, dan seterusnya, dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya. Buta Yadnya itu masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar). Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Buta Kala, dan segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya. Caru yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 tanding/paket beserta lauk pauknya, seperti ayam brumbun (berwarna-warni) disertai tetabuhan arak/tuak. Buta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat. Mecaru diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Khusus di Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar. [sunting]Puncak acara Nyepi Keesokan harinya, yaitu pada pinanggal pisan, sasih Kedasa (tanggal 1, bulan ke-10), tibalah Hari Raya Nyepi sesungguhnya. Pada hari ini suasana seperti mati. Tidak ada kesibukan aktivitas seperti biasa. Pada hari ini umat Hindu melaksanakan "Catur Brata" Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Serta bagi yang mampu juga melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi. Demikianlah untuk masa baru, benar-benar dimulai dengan suatu halaman baru yang putih bersih. Untuk memulai hidup dalam tahun baru Caka pun, dasar ini dipergunakan, sehingga semua yang kita lakukan berawal dari tidak ada,suci dan bersih. Tiap orang berilmu (sang wruhing tattwa jñana) melaksanakan brata (pengekangan hawa nafsu), yoga (menghubungkan jiwa dengan paramatma (Tuhan)), tapa (latihan ketahanan menderita), dan samadi (manunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah kesucian lahir batin). Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan di tahun yang baru. [sunting]Ngembak Geni (Ngembak Api) Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka adalah hari Ngembak Geni yang jatuh pada "pinanggal ping kalih" (tanggal 2) sasih kedasa (bulan X). Pada hari ini Tahun Baru Saka tersebut memasuki hari ke dua. Umat Hindu melakukan Dharma Shanti dengan keluarga besar dan tetangga, mengucap syukur dan saling maaf memaafkan (ksama) satu sama lain, untuk memulai lembaran tahun baru yang bersih. Inti Dharma Santi adalah filsafat Tattwamasi yang memandang bahwa semua manusia di seluruh penjuru bumi sebagai ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa hendaknya saling menyayangi satu dengan yang lain, memaafkan segala kesalahan dan kekeliruan. Hidup di dalam kerukunan dan damai.www.balikuholiday.com

ngaben

Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah atau kremasi umat Hindu di Bali, Indonesia. Acara Ngaben merupakan suatu ritual yang dilaksanakan guna mengirim jenasah kepada kehidupan mendatang. Jenasah diletakkan selayaknya sedang tidur, dan keluarga yang ditinggalkan akan senantiasa beranggapan demikian (tertidur). Tidak ada airmata, karena jenasah secara sementara waktu tidak ada dan akan menjalani reinkarnasa atau menemukan pengistirahatan terakhir di Moksha (bebas dari roda kematian dan reinkarnasi). Hari yang sesuai untuk acara ini selalu didiskusikan dengan orang yang paham. Pada hari ini, tubuh jenasah diletakkan di dalam peti-mati. Peti-mati ini diletakkan di dalam sarcophagus yang menyerupai Lembu atau dalam Wadah berbentuk vihara yang terbuat dari kayu dan kertas. Bentuk lembu atau vihara dibawa ke tempat kremasi melalui suatu prosesi. Prosesi ini tidak berjalan pada satu jalan lurus. Hal ini guna mengacaukan roh jahat dan menjauhkannya dari jenasah. Puncak acara Ngaben adalah pembakaran keluruhan struktur (Lembu atau vihara yang terbuat dari kayu dan kertas), berserta dengan jenasah. Api dibutuhkan untuk membebaskan roh dari tubuh dan memudahkan reinkarnasi. Ngaben tidak senantiasa dilakukan dengan segaera. Untuk anggota kasta yang tinggi, sangatlah wajar untuk melakukan ritual ini dalam waktu 3 hari. Tetapi untuk anggota kasta yang rendah, jenasah terlebih dahulu dikuburkan dan kemudian, biasanya dalam acara kelompok untuk suatu kampung, dikremasikan. Ngaben adalah suatu upacara pembakaran mayat yang dilakukan umat Hindu di Bali, upacara ini dilakukan untuk menyucian roh leluhur orang sudah wafat menuju ketempat peristirahatan terakhir dengan cara melakukan pembakaran jenazah. Dalam diri manusia mempunyai beberapa unsur, dan semua ini digerakan oleh nyawa/roh yang diberikan Sang Pencipta. Saat manusia meninggal, yang ditinggalkan hanya jasad kasarnya saja, sedangkan roh masih ada dan terus kekal sampai akhir jaman. Di saat itu upacara Ngaben ini terjadi sebagai proses penyucian roh saat meninggalkan badan kasar. Kata Ngaben sendiri mempunyai pengertian bekal atau abu yang semua tujuannya mengarah tentang adanya pelepasan terakhir kehidupan manusia. Dalam ajaran Hindu Dewa Brahma mempunyai beberapa ujud selain sebagai Dewa Pencipta Dewa Brahma dipercaya juga mempunyai ujud sebagai Dewa Api. Jadi upacara Ngaben sendiri adalah proses penyucian roh dengan cara dibakar menggunakan api agar bisa dapat kembali ke sang pencipta, api penjelmaan dari Dewa Brahma bisa membakar semua kekotoran yang melekat pada jasad dan roh orang yang telah meningggal. Upacara Ngaben ini dianggap sangat penting bagi umat Hindu di Bali, karena upacara Ngaben merupakan perujudan dari rasa hormat dan sayang dari orang yang ditinggalkan, juga menyangkut status sosial dari keluarga dan orang yang meninggal. Dengan Ngaben, keluarga yang ditinggalkan dapat membebaskan roh/arwah dari perbuatan perbuatan yang pernah dilakukan dunia dan menghantarkannya menuju surga abadi dan kembali berenkarnasi lagi dalam wujud yang berbeda. Ngaben dilakukan dengan beberapa rangkaian upacara, terdiri dari berbagai rupa sesajen dengan tidak lupa dibubuhi simbol-simbol layaknya ritual lain yang sering dilakukan umat Hindu di Bali. Upacara Ngaben biasa nya dilalukan secara besar besaran, ini semua memerlukan waktu yang lama, tenaga yang banyak dan juga biaya yang tidak sedikit dan bisa mengakibatkan Ngaben sering dilakukan dalam waktu yang lama setelah kematian. Pada masa sekarang ini masyarakat Hindu di Bali sering melakukan Ngaben secara massal / bersama, untuk meghemat biaya yang ada, dimana Jasad orang yang meninggal untuk sementara dikebumikan terlebih dahulu sampai biaya mencukupi baru di laksanakan, namun bagi orang dan keluarga yang mampu upacara ngaben dapat dilakukan secepatnya, untuk sementara waktu jasad disemayamkan di rumah, sambil menunggu waktu yang baik. Ada anggapan kurang baik bila penyimpanan jasad terlalu lama di rumah, karena roh orang yang meninggal tersebut menjadi bingung dan tidak tenang, dia merasa berada hidup diantara 2 alam dan selalu ingin cepat dibebaskan. Pelaksanaan Ngaben itu sendiri harus terlebih dahulu berkonsultasi dengan pendeta untuk menetapkankan kapan hari baik untuk dilakukannya upacara. Sambil menunggu hari baik yang akan ditetapkan, biasanya pihak keluarga dan dibantu masyarakat beramai ramai melakukan Persiapan tempat mayat ( bade/keranda ) dan replica berbentuk lembu yang terbuat dari bambu, kayu, kertas warna-warni, yang nantinya untuk tempat pembakaran mayat tersebut. Dipagi harinyasaatupacara ini dilaksanakan, seluruh keluargadanmasyarakat akan berkumpul mempersiapkan upacara. Sebelum upacara dilaksanakan Jasad terlebih dahulu dibersihkan/dimandikan, Proses pelaksaaan pemandian di pimpin oleh seorang Pendeta atau orang dari golongan kasta Bramana. Setelah proses pemandian selesai , mayat dirias dengan mengenakan pakaian baju adat Bali, lalu semua anggota keluarga berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir dan diiringi doa semoga arwah yang diupacarai memperoleh kedamaian dan berada di tempat yang lebih baik. Mayat yang sudah dimandikan dan mengenakan pakaian tersebut diletakan di dalam“Bade/keranda” lalu di usung secara beramai-ramai, seluruh anggota keluarga dan masyarakat berbarisdidepan “Bade/keranda”. Selama dalam perjalanan menuju tempat upacara Ngabentersebut, bila terdapat persimpangan atau pertigaan, Bade/keranda akan diputar putar sebanyak tiga kali, ini dipercaya agar si arwah bingung dan tidak kembali lagi ,dalam pelepasan jenazah tidak ada isak tangis, tidak baik untuk jenazah tersebut, seakan tidak rela atas kepergiannya.Arak arakan yang menghantar kepergian jenazah diiringi bunyi gamelan,kidung suci.Pada sisi depan dan belakang Bade/keranda yang di usung terdapat kain putih yang mempunyai makna sebagai jembatan penghubung bagi sang arwah untuk dapat sampai ketempat asalnya. Setelah sampai dilokasi kuburan atau tempat pembakaran yang sudah disiapkan, mayat di masukan/diletakan diatas/didalam “Replica berbentuk Lembu“ yang sudah disiapkan dengan terlebih dahulu pendeta atau seorang dari kasta Brahmana membacakan mantra dan doa, lalu upacara Ngaben dilaksanakan, kemudian “Lembu” dibakar sampai menjadi abu. Sisa abu dari pembakaran mayat tersebut dimasukan kedalam buah kelapa gading lalu kemudian di larungkan/dihayutkan ke laut atau sungai yang dianggap suci. Dari pemamaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Ngaben adalah upacara pembakaran mayat di Bali yang saat disakralkan dan diagungkan, upacara ini adalah ungkapan rasa hormat yang ditujukan untuk orang yang sudah meninggal. Upacara ini selalu dilakukan secara besar besar dan meriah, tidak semua umat Hindu di Bali dapat melaksanakannya karena memerlukan biaya yang tidak sedikit. Semua yang berasal dari sang pencipta pada masanya akan kembali lagi dan semua itu harus diyakini dan ihklaskan. Manusia di lahirkan dan kemudian meninggal itu semua erat berhubungan dengan amal perbuatannya selama di dunia.

Wednesday 6 March 2013

tradisi unik,kematian di bali

Pulau Bali telah lama masyhur ke antero dunia akan keindahan alam dan budayanya. Jutaan turis dari dalam dan luar negeri bertandang ke pulau ini setiap tahunnya. Rasanya kita tidak akan kehabisan objek wisata menarik untuk dikunjungi selama di sana. Sebutlah beberapa diantaranya tempat wisata yang telah akrab ditelinga kita, Pantai Sanur, Kuta, Tanah Lot, Istana Tampak Siring, Bedugul, Kintamani, pementasan Tari Barong dan lain-lain, yang seolah-olah tidak akan habis daya pesonanya. Selain dianugerahi alam yang sangat indah dan seni budaya yang eksotis, pulau yang dijuluki Pulau Seribu Pura ini juga memendam banyak hal-hal unik yang bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Salah satunya ada di Kawasan Desa Bali Aga (Bali Kuna) Trunyan yang berada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Desa kecil yang letaknya memencil di tepi Danau Batur dan di kaki Bukit Abang ini suasana kehidupan masyarakatnya masih menyiratkan corak masyarakat Bali tempo dulu dengan tradisinya yang masih dipegang kuat. Salah satu tradisi desa adat Trunyan yang masih dijaga hingga kini adalah tradisi upacara kematian yang tidak ada bandingannya dengan daerah lain di dunia. Sebagaimana masyarakat Bali umumnya, Warga Desa Trunyan juga mengenal ngaben, namun di di desa ini mayatnya tidak dibakar. Di sini mayat mereka taruh begitu saja di sebuah areal hutan. Anehnya, mayat itu tak akan mengeluarkan bau busuk walaupun sudah disana selama berbulan-bulan. Adat Desa Trunyan mengatur tata cara menguburkan mayat bagi warganya. Di desa ini ada tiga kuburan (sema) yang diperuntukan bagi tiga jenis kematian yang berbeda. Apabila salah seorang warga Trunyan meninggal secara wajar, mayatnya akan ditutupi kain putih, diupacarai, kemudian diletakkan tanpa dikubur di bawah pohon besar bernama Taru Menyan, di sebuah lokasi bernama Sema Wayah. Namun, apabila penyebab kematiannya tidak wajar, seperti karena kecelakaan, bunuh diri, atau dibunuh orang, mayatnya akan diletakan di lokasi yang bernama Sema Bantas. Sedangkan untuk mengubur bayi dan anak kecil, atau warga yang sudah dewasa tetapi belum menikah, akan diletakan di Sema Muda. Mengapa mayat yang menggeletak begitu saja di sema itu tidak menimbulkan bau? Padahal secara alamiah, tetap terjadi penguraian atas mayat-mayat tersebut? Hal inilah yang menjadi daya tarik para wisatawan untuk mengunjungi lokasi wisata ini. Nah, konon sebabnya, di areal hutan tersebut terdapat sebuah pohon yang dikenal bernama Taru Menyan yang bisa mengeluarkan bau harum dan mampu menetralisir bau busuk mayat. Taru berarti pohon, sedang Menyan berarti harum. Pohon Taru Menyan ini, hanya tumbuh di daerah ini. Jadilah Tarumenyan yang kemudian lebih dikenal sebagai Trunyan yang diyakini sebagai asal usul nama desa tersebut. Untuk mencapai Desa Wisata Trunyan, kita dapat berperahu motor dari desa Kadisan, Kintamani yang terletak sekitar 65 kilometer arah utara Kota Denpasar. Di Kintamani sendiri, kita akan dipuaskan oleh sajian panorama alam yang sangat eksotis. Perpaduan antara kilau air Danau Batur yang biru dengan latar belakang Gunung Batur yang menjulang. Ditambah dengan suhu udara yang sejuk, membuat suasana bertambah indah. Desa Trunyan memiliki lima banjar (dusun), yang letaknya relatif berjauhan. Pusat desa ini adalah Trunyan, sebuah perkampungan yang terletak di tepi timur Danau Batur. Empat banjar lainnya adalah Banjar Madya, Banjar Bunut, Banjar Mukus, dan Banjar Puseh. Banjar Madya dan Banjar Bunut berada di sebelah selatan Desa Trunyan dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Karangasem. Dari Desa Trunyan ke Banjar Bunut butuh waktu sekitar dua jam berjalan kaki. Itu pun melewati jalan setapak dan mendaki Bukit Abang. Warga Trunyan menyebut diri mereka sebagai Bali Turunan, yaitu orang yang pertama kali turun dari langit dan menempati tanah Pulau Bali. Sementara penduduk Bali lainnya disebut Bali Suku yang berasal dari Jawa, yang menyebar masuk pada masa kerajaan Majapahit Setelah berperahu kurang lebih 30 menit dari Desa Kadisan Kintamani, kita akan tiba di sisi lereng Bukit Abang yang menjulang kokoh bak sebuah benteng istana. Dari Desa Trunyan sendiri, kita mesti berperahu menyusur kaki bukit Abang menuju lokasi kuburan, sekitar sepuluh menit. Kita akan tiba di sebuah pura yang terletak di kaki lereng Bukit Abang bagian barat, di tepi Danau Batur. Pura Dalem, namanya. Tidak jauh dari pura tersebut berdiri sebuah dermaga kayu yang berada persis di depan sepasang candi gerbang menuju lokasi Sema Wayah. Berdiri di pinggir Dermaga kayu, Lagi-lagi kita disajikan dua keajaiban alam yang kontras namun mempesona. Menoleh ke arah barat, menyeberangi Danau Batur dengan riak-riak kecil airnya yang biru, menjulang Gunung Batur yang gagah dengan puncaknya yang terlihat jelas. Namun, begitu menengok ke arah timur, sebuah pohon besar menaungi sebentuk altar batu yang membersitkan aroma magis. Tidak ada sesajen bunga atau buah layaknya altar persembahyangan, yang ada hanya puluhan tengkorak manusia yang berjejer rapi. Tak perlu takut. Karena setiap kehidupan akan berputar pada satu arah yang pasti. Justru objek ini mengingatkan kita pada akhir kehidupan, yang membuat kita menjauh dari segala macam kesombongan dan keangkuhan. Toyabungkah Perjalanan kembali dari Desa Trunyan ke Kadisan, ada baiknya kita mampir sejenak ke kawasan wisata toyabungkah. Obyek wisata ini berupa sumber mata air panas alam. Objek ini banyak dimanfaatkan oleh wisatawan untuk merendam badan karena dianggap dapat menyembuhkan penyakit khususnya penyakit kulit. Airnya ditampung pada suatu kolam kecil yang terletak disebelah danau batur. Toyabungkah termasuk wilayah Desa Batur terletak dikaki Gunung Batur atau dipinggir Barat Danau Batur yang jaraknya kurag lebih 6 km dari Desa Kedisan, 38 km dari Kota Bangli, dan 78 km dari Kota Denpasar. Secara geografis Kabupaten Bangli, tempat Desa Trunyan ini berada merupakan satu-satunya wilayah Propinsi Bali yang tidak memiliki garis pantai. Namun demikian, potensi pariwisata alam yang dimilikinya tidak kalah menarik untuk kita nikmati . Selain objek wisata Kawasan Batur, yaitu Gunung Batur dan Danau Batur yang berada pada ketinggian 900 m di atas permukaan laut dengan suhu udaranya berhawa sejuk pada siang hari, dan dingin pada malam hari, terdapat juga Keunikan lainnya yakni peninggalan purbakala, Prasasti Trunyan. Konon riwayatnya pada tahun Saka 813 (891 Masehi), Raja Singhamandawa mengizinkan penduduk Turunan (Trunyan) membangun kuil. Kuil berupa bangunan bertingkat tujuh ini merupakan tempat pemujaan Bhatara Da Tonta. Kuil bertingkat tujuh ini dinamakan Pura Turun Hyang. Di dalamnya tersimpan arca batu Megalitik yang dipercaya dan disakralkan masyarakat Trunyan sebagai arca Da Tonta. Kuil ini dikenal pula sebagai Pura Pancering Jaga. Setiap dua tahun sekali di pura ini digelar upacara besar. Tepatnya pada Purnama Sasih Kapat. Masyarakat Trunyan merayakannya dengan pementasan tarian sakral, Barong Brutuk dan tari Sanghyang Dedari.www.balikuholiday.com

Tuesday 5 March 2013

desa perang di bali

Tenganan : Desa “Perang” Di BALI September 22, 2012 10:39 am Desa tradisional Tenganan terletak di bagian timur pulau Bali, melalui jalan by pass menuju ke arah Singaraja. jarak tempuh dari kota Denpasar ke desa Tenganan adalah kurang lebih 2 jam dengan kendaraan mobil. Desa Tenganan juga dapat dicapai dari Ubud, dengan jarak tempuh sekitar 1,5jam perjalanan. Di depan pintu gerbang desa kita akan disambut dengan pengrajin seni yang membuat lukisan di daun lontar, dan beberapa pedagang yang menawarkan makanan ringan dan minuman. Keeksotisan desa Tenganan ini dapat dilihat pada bentuk bangunannya yang masih menggunakan atap ijuk dan kayu sebagai material utama. Masyarakat ditempat tersebut sangat menjaga kelestarian budaya lokalnya terutama adat istiadat. Site plan desa dibentuk dengan pola teras sering. Di ujung paling atas diletakkan tempat pemujaan (pure), karena posisi ter-atas merupakan tempat yang paling suci. Setelah pure, ada lapangan terbuka, (court yard) yang sering digunakan anak-anak untuk bermain layangan. Setelah lapangan, ada bangunan bale, tempat berkumpulnya masyarakat. bale ini dibangun dengan arsitektur panggung, dan apabila kosong dibawah bale ini sering digunakan sebagai tempat memelihara ayam, dan didekatnya juga dijumpai beberapa hewan peliharaan lain seperti kerbau dan anjing. Didekat bale terdapat lumbung besar, tempat menyimpan hasil panen. Beberapa fasilitas umum seperti sekolah, dan rumah-rumah penduduk diletakkan mengelilingi bangunan-bangunan publik tersebut, menghadap ke dalam. Rumah-rumah ini juga berfungsi sebagai barrier/tembok pembatas desa dengan lingkungan luar. Upacara Perang Pandan Upacara Perang Pandan adalah upacara persembahan yang dilakukan untuk menghormati Dewa Indra (dewa perang) dan para leluhur. Perang Pandan disebut juga mekare-kare. Kegiatan upacara ritual ini diadakan tiap tahun bulan juni di Desa Tenganan, yang terletak di 70 km timur Denpasar Bali lebih kurang 70 menit menggunakan kendaraan bermotor, desa ini masuk salah satu desa tua di Bali, desa ini disebut Bali Aga. Lokasi desa ini dikelilingi bukit, sementara bentuk desa sendiri seperti layak nya sebuah benteng yang hanya mempunyai empat pintu masuk dengan sistim penjagaan,sehingga lebih memudahkan untuk tahu siapa saja yang datang dan pergi dari desa tersebut. Kepercayaan yang dianut warga desa Tenganan berbeda dengan warga Bali pada umumnya. Warga desa Tenganan mempunyai aturan tertulis atau awig-awig yang secara turun temurun diwariskan oleh nenek moyang mereka,juga tidak mengenal kasta dan diyakini Dewa Indra adalah dewa dari segala dewa. Dewa Indra adalah dewa perang. Menurut sejarahnya Tenganan adalah hadiah dari Dewa Indra pada wong peneges, leluhur desa Tenganan. Sementara Umat Hindu Bali pada umumnya menjadikan Tri Murti yaitu Brahma, Wisnu, dan Siwa sebagai dewa tertinggi. Konon menurut cerita, pada zaman dahulu kawasan Tenganan dan sekitarnya diperintah oleh seorang raja bernama Maya Denawa yang lalim dan kejam, ia bahkan menjadikan dirinya sebagai Tuhan dan melarang orang Bali melakukan ritual keagamaan, mendengar itu para dewa di surga pun murka, lalu para dewa mengutus Dewa Indra untuk menyadarkan atau membinasakan Maya Denawa, dengan cara mengangkat Dewa Indra sebagai panglima perang atau pemimpim pertempuran. Melalui pertempuran sengit dan memakan korban jiwa yang tidak sedikit, akhir nya Maya Denawa dapat kalahkan. Upacara Perang Pandan/Mekare kare ini diadakan 2 hari dan diselenggarakan 1 sekali dalam setahun pada sasih kalima (bulan kelima pada kalender Bali) dan merupakan bagian dari upacara Sasih Sembah yaitu upacara keagamaan terbesar di Desa Tenganan.Tempat pelaksanaan upacara Mekare-kare ini adalah didepan balai pertemuan yang ada di halaman desa. Waktu pelaksanaan biasanya dimulai jam 2 sore dimana semua warga menggunakan pakaian adat Tenganan (kain tenun Pegringsingan), untuk para pria hanya menggunakan sarung (kamen), selendang (saput), dan ikat kepala (udeng) tanpa baju, bertelanjang dada. Perlengkapan Perang ini adalah pandan berduri diikat menjadi satu berbentuk sebuah gada, sementara untuk perisai yang terbuat dari rotan. Setiap pria (mulai naik remaja) didesa ini wajib ikut dalam pelaksanaan Perang Pandan, panggung berukuran sekitar 5 x 5 meter persegi itu. Dengan tinggi sekitar 1 meter, tanpa tali pengaman mengelilingi. Sebelum Perang Pandan dimulai,diawali dengan ritual upacara mengelilingi desa untuk memohon keselamatan,lalu diadakan ritual minum tuak, tuak dalam di bambu dituangkan ke daun pisang yang berfungsi seperti gelas. Peserta perang saling menuangkan tuak itu ke daun pisang peserta lain. Kemudian tuak tersebut dikumpulkan menjadi satu dan dibuang kesamping panggung. Saat upacara Perang Pandan akan dimulai, Mangku Widia pemimpin adat di Desa Tenganan memberi aba-aba dengan suaranya, lalu dua pemuda bersiap-siap. Mereka berhadap-hadapan dengan seikat daun pandan di tangan kanan dan perisai terbuat dari anyaman rotan di tangan kiri. Penengah layaknya wasit berdiri di antara dua pemuda ini. Setelah penengah mengangkat tangan tinggi-tinggi, dua pemuda itu saling menyerang. Mereka memukul punggung lawan dengan cara merangkulnya terlebih dulu. Mereka berpelukan. Saling memukul punggung lawan dengan daun pandan itu lalu menggeretnya. Karena itu ritual ini disebut pula megeret pandan. Peserta perang yang lain bersorak memberi semangat. Gamelan ditabuh dengan tempo cepat. Dua pemuda itu saling berangkulan dan memukul hingga jatuh. Penengah memisahkan keduanya dibantu pemedek yang lain. Pertandingan ini tidak berlangsung lama. Kurang dari satu menit bahkan. Selesai satu pertandingan langsung disambung pertandingan yang lain, Ini dilakukan bergilir (lebih kurang selama 3 jam). Seusai upacara tersebut semua luka gores diobati dengan ramuan tradisional berbahan kunyit yang konon sangat ampuh untuk menyembuhkan luka. Tidak ada sorot mata sedih bahkan tangisan pada saat itu karena mereka semua melakukannya dengan iklas dan gembira. Tradisi ini adalah bagian dari ritual pemujaan masyarakat Tenganan kepada Dewa Indra, dewa perang yang dihormati dengan darah lewat upacara perang pandan, dilakukan tanpa rasa dendam, atau bahkan dengan senyum ceria, meski harus saling melukai dengan duri pandan. Setelah Perang Pandan selesai kemudian ditutup dengan bersembahyangan di Pura setempat dilengkapi dengan mempersembahkan/menghaturkan tari Rejang.www.balikuholiday.com Share this:

Monday 4 March 2013

aneh aneh di bali

Pohon berlubang Pohon Bunut ini sangat unik karena tengahnya berlubang dan ada jalan yang bisa dilalui kendaraan. Pohon ini dikenal dengan nama Bunut Bolong. Bunut Bolong terletak di Desa Manggisari, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Bali. Pohon Lanang Wadon Pohon ini jika dilihat menyerupai dua kelamin yaitu kelamin Lelaki dan Perempuan. Bagian bawah pohon itu berlubang sehingga menyerupai alat kelamin perempuan, sedangkan di tengah lubang tersebut tumbuh batang yang mengarah ke bawah yang terlihat seperti alat kelamin pria. Pohon ini diberi nama pohon Lanang Wadon yang berarti Laki Perempuan. Pohon ini terdapat di hutan Sangeh, Kabupaten Badung, Bali. DENPASAR, - JANGAN MINUM YG ANEH ANEH DI BALI Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengingatkan wisatawan mancanegara agar selektif membeli minuman keras terkait meninggalnya seorang remaja asal Australia setelah menenggak arak. "Harapan saya, minumlah pada tempat yang resmi dan minumlah produk yang resmi, jangan dicampur seenaknya," katanya di Denpasar, Selasa (29/1/2013). Liam Davies (19), wisman asal Australia meninggal dunia dalam perawatan di Rumah Sakit Perth. Ia dibawa ke rumah sakit itu setelah minum arak yang mengandung metanol saat berada di Indonesia. Ia menderita sakit setelah merayakan malam Tahun Baru 2013 bersama teman-temannya di Lombok. Atas kejadian ini Ikatan Dokter Australia mengeluarkan imbauan agar warga Australia ketika bepergian ke Indonesia tidak mengonsumsi produk alkohol buatan lokal seperti arak yang tidak terjamin keamanannya. "Kami turut menyampaikan keprihatinan atas kejadian tersebut. Saya kira bagus kalau ada ’travel warning’ soal minuman itu sehingga dapat dijelaskan kepada masyarakat Australia jika berada di Bali jangan minum yang aneh-aneh," ujarnya. Pemprov Bali, menurut Pastika, sesungguhnya telah melakukan kontrol minuman beralkohol melalui labelisasi maupun razia-razia yang dilakukan satuan polisi pamong praja. "Jika tidak ingin mengalami masalah ketika minum minuman beralkohol, wisatawan asing mesti lebih selektif," katanya. Sebelumnya Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, Ida Bagus Ngurah Wijaya mengharapkan agar pihak-pihak terkait merespons serius kejadian yang menimpa warga Australia tersebut. Jika tidak, hal itu dapat mempengaruhi citra pariwisata di Indonesia, termasuk Bali, apalagi wisatawan Australia paling banyak pergi berlibur ke Pulau Dewata. Arak, menurut Wijaya, merupakan salah satu minuman tradisional yang diproduksi beberapa daerah di Bali. Wijaya berharap pemerintah memperketat pengawasan penjual minuman keras yang tidak memiliki izin edar.

black magic of bali

Agama & budaya - Halaman depan Aji Pengiwa Di Bali - Dunia Mistik Dan Gaib Oleh Adang Suprapto D unia Mistik Dan Gaib Hampir sebagian besar di antara kita pernah mendatangi praktik Jero balian atau dukun, baik untuk tujuan penyembuhan suatu penyakit, menanyakan sesuatu yang niskala, mencari perlindungan diri, penangkal agar tidak terserang orang secara gaib, bahkan untuk mendapatkan penglaris. Apapun tujuan kita mendatangi jero balian, dan apa pun kemampuan jero balian, tampaknya tidak mudah bagi kita untuk menghindari kepercayaan dunia niskala, yang kita terjemahkan secara sederhana dan sempit, yakni dunia mistik dan gaib. Dalam kepercayaan permanen itu, suatu penyakit atau musibah selalu dikaitkan dengan gejala ketidak-harmonisan hubungan kita dengan sesama dan alam gaib yang menyebabkan timbulnya suatu penyakit dan musibah, karena itu kita memerlukan bantuan pihak lain, yang dianggap memahami dan dapat mengendalikan kekuatan gaib yang mengganggu kesehatan dan ketentraman hidup kita. Kekuatan gaib itu menyebabkan penyakit dan mendatangkan musibah. Dalam kehidupan sehari-hari pun kita tidak dapat menggunakan nalar secara penuh, walaupun tingkat pendidikan masyarakat umumnya telah mencapai tingkat yang dapat dianggap telah menjauhi dunia gaib dan mistik dalam artinya yang negatif itu, lalu seharusnya menggunakan nalar atau akal sehat dalam mengambil suatu keputusan atau tindakan. Dalam mendampingi anggota keluarga yang sakit juga tidak mudah berpikir dan bertindak secara nalar dalam memperoleh solusi yang tepat agar si sakit dapat disembuhkan secara medis, karena memang seharusnya demikian tindakan orang modern. Akan tetapi, sekalipun anggota keluarga kita terkena kanker stadium empat dan para dokter ahli telah menyatakan sangat kecil kemungkinannya sembuh, harapan masih ditumpukkan kepada sang balian. Bahkan, sejak gejala-gejala kanker itu muncul kita memilih dan ketetapan hati untuk membawa si sakti ke balian, tidak ke dokter ahli atau rumah sakit. Meskipun diagnosis secara medis menyatakan gejala-gejala demikian mengarah ke kanker, masih saja kita beranggapan bahwa penyakit yang dasyat itu merupakan hasil pekerjaan seseorang yang tidak menyukai keluarga kita. Biasanya, yang dituduh melakukan serangan gaib itu adalah keluarga dekat sesumbahan (keluarga satu kawitan atau satu leluhur), bukan orang lain. Akibatnya, keluarga yang anggotanya menderita penyakit parah itu, mengalami penderitaan yang berlipat ganda, menderita karena harus mengurus keluarga yang sakit dan tidak ada tanda-tanda akan sembuh, juga menderita, sakit hati, bahkan dendam karena harus bermusuhan dengan keluarga sesumbahan atau satu leluhur. Sumber yang menyediakan sarana untuk menyakiti orang lain itu, adalah balian ngiwa. Dikatakan ngiwa karena balian itu bertindak sebagai ahli yang mampu mengobati penyakit niskala semacam itu, namun juga membantu dan menyediakan sarana bagi orang yang ingin menyakiti saudara atau orang lain, yang tidak disukainya. Dengan kata lain, balian itu dipradugai menempuh jalur kanan, tetapi juga menempuh jalur kiri (kiwa = kiri, hitam; jahat), yang memang terlanjur dipisahkan secara dikotomis. Pertanyaan kemudian muncul benarkah ada balian yang ngiwa seperti itu? Sebagai orang memahami dunia gaib, demikian pula tingkah polah balian ngiwa yang tidak mudah dimengerti secara nalar untuk kemudian ditarik sebuah kesimpulan untuk membenarkan atau menganggap praktik-praktik semacam itu tidak ada. Tumbal Dan Pekakas Pemahaman tradisional kita mengenai penyakit berkaitan dengan penyembuhan (obat) dan balian. Pada umumnya, lontar usada mengelompokkan penyakit menjadi tiga jenis, yakni penyakit panes (panas), nyem (dingin) dan sebbaa (panas dingin). Sejajar dengan itu, obat pun dikelompokkan dalam tiga macam, yakni ada obat yang berkhasiat anget (hangat), tis (sejuk) dan dumelada (sedang). Kesejajaran antara jenis penyakit dan tiga macam obat tersebut agaknya berhubungan pula dengan fungsi dan kesaktian Bhatara Brahma, Wisnu, dan Iswara. Ketiga dewa itu diberi wewenang oleh Dewa Siwa untuk melaksanakan pengobatan sesuai dengan sifat masing-masing penyakti dan khasiat obat, Dewa Brahma diberi tugas dan wewenang untuk mengadakan penyakit panes dan obat yang berkhasiat anget, Dewa Wisnu bertugas untuk mengadakan penyakit nyem dan obat yang berkhasiat tis, dan Dewa Iswara mengadakan penyakit sebbaa dan bahan obat yang berkhasiat dumelada. Bagaimana cara menentukan khasiat obat itu belum ditemukan jawabannya di dalam lontar usada. Lontar tarupramana hanya menyebutkan berbagai jenis tanaman yang berkhasiat anget, tis, dan dumalada, tanpa mengulas bagaimaan cara mengetahui khasiat yang dikandung tanaman tersebut. Misalnya, daun paya, babakan atau kulit pohon belimbing, babakan pohon tanjung dan sebagainya, memiliki khasiat anget. Tanaman yang berkhasiat tis, antara lain getah awar-awar, akar dan buah belego, akar dan daun kayu manis dan sebagainya, sedangkan tanaman yang berkhasiat dumalada antara lain akar delima, akar kenanga, getah kenari, daun sembung. Jenis penyakit dan khasiat obat yang disediakan alam di atas masih tergolong cara pengobatan yang normatif sesuai dengan petunjuk lontar usada. Akan tetapi, kadang-kadang sang balian juga memberikan bahan obat brupa rerajahan atau benda-benda yang diberi rerajahan dan mantra-mantra kepada pasiennya. Di samping jenis-jenis obat tersebut, ada juga penangkal gering, berupa tumbal dan pekakas. Tumbal adalah sebuah istilah yang berkonotasi kiri (kiwa) dalam masyarakat Bali, padahal ia merupakan penangkal penyakit atau hal buruk lainnya, berbentuk rerajahan dengan aksara wijaksara, dan modre yang ditulis di atas lempengan logam, pecahan periuk tanah, daun lontar, kain, kertas atau benda keras lainnya. Benda yang telah dirajah ini dibungkus dengan kain putih, atau dimasukkan ke dalam periuk tanah kecil, disertai banten dan mantra, lalu ditanam di pekarangan rumah, atau di tempat lainnya. Sebagian masyarakat Bali percaya dengan menanam tumbal di pekarangan rumah atau di tempat tertentu, berarti menanam kekuatan magis religius, sehingga diharapkan semua penyakit dan kekuatan atau orang yang berniat jahat tidak akan berani memasuki pekarangan rumah. Sementara itu, pekakas adalah sebuah jimat berupa lempengan logam kecil, daun lontar, kain atau benda lainnya, yang diberi rerajahan disertai mantra kemudian dibungkus dengan kain putih, ditempatkan di ikat pinggang, kalung atau tempat lainnya, yang selalu dibawa kemanapun pergi, terutama ketika keluar rumah. Pekakas biasanya ditaruh di tempat yang tersembunyi agar tidak mudah dilihat orang atau mampu melindungi pemakainya dari marabahaya. Akan tetapi, orang yang mempelajari pengiwa umumnya mengtahui kalau seseorang menggunakan pekakas dan selalu timbul niatnya untuk mencobanya. Karena itu, disarankan untuk tidak menggunakan pekakas, kecuali menggunakan aura “gunan awak” dan berpikir jernih untuk menangkal serangan kekuatan jahat. Tidak mudah untuk mengklaim apakah balian yang menggunakan sarana tumbal dan pekakas sekalipun atas permintaan sang pasien tergolong balian ngiwa? Jawabannya mungkin ya, apabila balian itu juga melayani pembelian sarana untuk menyakiti dan menyerang orang lain dengan kekuatan jahat itu.

wisata ke bali bagi pemula

Seorang teman pernah berkata bahwa tak afdal jika tak pernah berwisata ke Bali, apalagi untuk seorang yang berkebangsaan Indonesia. Nyatanya, selalu ada pengalaman pertama untuk setiap tempat. Jika Anda berencana melakukan perjalanan ke Bali untuk pertama kalinya, berikut beberapa tips praktis merencanakan wisata di Bali. Naik apa ke Bali? Sangat mudah memilih moda transportasi menuju Bali. Ada banyak cara menuju Bali. Paling gampang tentu saja naik pesawat. Tiket-tiket promo dengan harga di bawah Rp 400.000 sekali jalan sudah banyak ditawarkan. Semua maskapai Indonesia pernah menawarkan tiket-tiket murah ini. Pastikan Anda memesannya jauh-jauh hari, bahkan satu tahun sebelumnya untuk mendapatkan tiket murah. Jalur lainnya adalah melalui darat, Anda bisa naik bus menuju Bali, terutama jika Anda tinggal di Pulau Jawa, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Harganya variatif tergantung jaraknya. Dari Jakarta ke Bali biasanya sekitar Rp 300.000. Kapan waktu terbaik datang ke Bali? Sepanjang tahun merupakan waktu yang baik untuk berwisata ke Bali. Hal ini karena Bali menawarkan beragam aktivitas dan tempat wisata. Di kala hujan, Anda bisa saja mengunjungi museum dan pusat kesenian. Namun, jika Anda mengincar pantai atau wisata bahari dan gunung, maka pilih di musim-musim kemarau atau bulan-bulan minim hujan, sekitar antara April sampai September. Selain itu, Anda perlu memperhatikan musim padat kunjungan atau high season maupun peak season. Di masa-masa ini, harga-harga akan naik, terutama untuk tiket pesawat, rental mobil, dan akomodasi. Kenaikan harga bisa mencapai 25 persen. Musim padat kunjungan adalah pada bulan Juni-Agustus dan November-Januari. Tak hanya harga yang naik, saat ini pun Bali akan ramai dipadati turis. Jadi bersiap untuk kondisi jalanan yang lebih macet dan obyek wisata yang lebih ramai. Menginap di mana? Nah, sebelum Anda mencari tahu akomodasi di Bali, tanyakan terlebih dahulu, daerah mana di Bali yang ingin Anda kunjungi. Biasanya, untuk turis yang pertama kali ke Bali akan langsung menuju daerah selatan Bali yang memang pusat keramaian wisata di Bali. Daerah selatan yang tenar adalah kawasan Kuta. Di Kuta banyak tempat penginapan. Sesuaikan dengan bujet yang Anda miliki. Jika Anda mencari penginapan murah di bawah Rp 300.000 per malam, Anda bisa mencarinya di kawasan sekitar Gang Poppies (1 dan 2), Jalan Three Brothers, Jalan Raya Tuban, Gang Puspa Ayu, sampai Jalan Bakung Sari. Masuk ke gang-gang kecil dari jalan utama seperti Jalan Raya Kuta dan Jalan Raya Tuban, maka Anda akan menemukan hotel-hotel kecil ala guesthouse yang murah. Beberapa malah seperti kos-kosan dengan harga bisa di bawah Rp 100.000. Mau yang lebih mewah? Hotel-hotel berbintang pun bisa Anda temukan di kawasan Jalan Kartika Plaza, Jalan Legian, dan Jalan Raya Kuta. Vila-vila yang menawarkan privasi dapat Anda temukan di kawasan Seminyak seperti di Jalan Drupadi. Mencari hotel bisa sebaiknya berdasarkan rekomendasi kenalan yang pernah menginap di hotel tersebut sebelumnya. Atau, jika Anda nekat baru mencari hotel saat tiba di Bali, tanyakan saja pada supir taksi tempat menginap yang bisa ia rekomendasikan. Harus menginap di Kuta?hotel di kuta klik disini Jika Anda tidak terlalu senang dengan keramaian dan hingar bingar khas Kuta, Anda bisa pilih destinasi lain di Bali. Coba daerah Sanur, Jimbaran, dan Nusa Dua yang lebih tenang. Ketiganya berdekatan dengan pantai. Hanya saja hotel-hotel di Nusa Dua tergolong mahal karena berkonsep kawasan resor. Anda juga bisa memilih menginap di kawasan Ubud yang terkesan masih alami. Namun tak ada pantai di kawasan ini. Hanya saja, Ubud berada di kabupaten Gianyar. Gianyar memiliki banyak obyek wisata yang menarik, seperti kebun binatang, taman safari, wisata budaya, gunung, sampai pantai. Pilihan lain adalah kawasan Lovina, Singaraja, Harga-harga di sini masih murah, baik hotel maupun makanan. Namun jaraknya jauh dari bandara, sekitar tiga jam. Di timur Bali, daya tarik paling dominan adalah kawasan Candidasa di Karangasem dengan pantainya yang masih relatif tak ramai. Banyak penginapan murah maupun resor mahal di kawasan ini. Pilihan lain adalah Nusa Lembongan. Sementara Bali Barat, Anda bisa mencoba menginap di kawasan Canggu yang terkenal sebagai tempat selancar atau di sekitar Tanah Lot. Jika Anda penyuka gunung dan udara sejuk, kawasan Jatiluwih atau di seputar Gunung Batukaru bisa menjadi pilihan. Kawasan ini pun relatif masih sepi. Naik apa di Bali? Transportasi umum seperti angkutan umum atau biasa disebut di Bali dengan bemo, relatif susah. Armadanya sedikit dan jamnya tak tentu. Jika Anda sudah terbiasa dengan Bali, naik bemo dan bus Trans Sarbagita memang bisa menjadi pilihan. Namun jika ini pengalaman pertama kali Anda ke Bali, sebaiknya sewa mobil. Pilihan mobil untuk disewa beragam. Paling murah kisaran mulai dari Rp 200.000 sudah termasuk supir, namun belum termasuk bensin. Harga tergantung jenis mobil yang disewa. Ada baiknya Anda menyewa mobil sekaligus jasa supir, selain menghemat waktu tidak tersesat di jalan, Anda bisa mendapatkan rekomendasi pilihan-pilihan tempat wisata dan rumah makan. Perlu diingat, sewa mobil dengan supir di Bali hanya untuk 10 jam. Jika pemakaian lebih dari 10 jam, maka penyewa dikenakan biaya tambahan per jam. Untuk mencari sewa mobil sangat mudah, Anda bisa lakukan reservasi melalui online. Cara lain adalah mencari sewa mobil di bandara ataupun sekitar tempat menginap. Setiap rental mobil biasanya mematok harga tidak jauh berbeda. Namun ada baiknya Anda melalukan sedikit survey untuk mendapatkan harga terbaik. Pilihan lain adalah menyewa sepeda motor, namun repot jika Anda tak tahu jalan. Bisa juga dengan naik ojek. Negosiasikan harganya untuk mengantar Anda berkeliling seharian. Pilihan ojek cocok jika Anda berwisata sendirian. Naik taksi bisa menjadi pilihan untuk mengantar Anda dari bandara ke hotel atau sebaliknya. Taksi di Bali relatif aman, termasuk taksi-taksi lokal Bali. Pilih taksi dengan argometer. Anda bisa juga manfaatkan fasilitas mobil antar jemput yang ada di hotel. Makan di mana? Mau yang mahal atau yang murah, mau yang lokal khas masakan Indonesia atau masakan asing, semua bisa Anda temukan di Bali. Namun, berhati-hatilah jika Anda mencari masakan halal. Paling aman, cari rumah makan seperti rumah makan Padang, warung bakso, dan sebagainya. Untuk restoran, Anda bisa menanyakan terlebih dahulu untuk menu-menu halal. Kawasan Jalan Raya Tuban dan Jalan Teuku Umar termasuk yang terkenal untuk wisata kuliner berupa makanan nusantara dan halal. Coba juga makanan khas Bali berupa nasi jinggo yang mirip seperti nasi kucing ala Yogyakarta. Isinya hanya nasi, kacang tempe, ayam suwir, dan sambal. Sudah pasti halal dan harganya pun murah, hanya sekitar Rp 2.000. Tetapi tak cukup satu jika memakan nasi jinggo. Bagaimana kalau menginjak banten? Banten atau sajen berupa bunga dan persembahan lainnya dalam wadah janur (canang sari) biasa diletakkan di pintu masuk dan area-area yang sering dilalui orang. Seringkali muncul pertanyaan bagaimana kalau tidak sengaja terinjak. Sebenarnya tidak masalah jika memang Anda tak sengaja menginjaknya. Jika Anda menginjaknya di depan pemilik atau penjaga toko atau tempat sajen itu diletakkan, cukup berkata ”maaf”. Sebaiknya saat berjalan, hindari dengan melewatinya, jangan sampai Anda malah sengaja menginjaknya. Sama halnya dengan saat Anda berkunjung ke pura atau tempat-tempat yang dianggap suci oleh masyarakat setempat. Hargai dan ikuti istiadat setempat. Gunakan pakaian yang sopan. Jika Anda mengenakan celana pendek, pakailah sarung atau kain. Beberapa tempat juga mewajibkan Anda mengenakan kain sarung dan senteng. Jangan berjalan di depan orang yang sedang bersembahyang ataupun memotret dengan flash saat upacara berlanjung. Untuk perempuan, jangan masuk ke dalam saat sedang datang bulan.

GWK

Jika anda menginginkan wisata jalan-jalan yang tidak menghabiskan banyak waktu sehingga anda mempunyai banyak kesempatan untuk menghabiskan moment liburan dengan kegiatan yang telah anda rencanakan sendiri, program tour half day tour berdurasi 6 jam merupakan pilihan tepat. Salah satu pilihan tour ini adalah The Sublime Cliff Temple Tour yaitu tour mrngunjungi obyek – obyek wisata yang ada diseputaran GWK dan Uluwatu. Waktu yang dihabiskan dalam tour ini tidaklah begitu lama, kurang lebih 6 jam perjalanan mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di belahan Bali selatan. Selain itu, jam keberangkatannyapun sangat fleksibel, anda bisa memulainya pada pagi hari maupun siang hari disesuaikan dengan keinginan anda. Adapun obyek-obyek wisata yang akan anda kunjungi dalam program tour ini adalah : pantai Tanjung Benoa, Garuda Wisnu Kencana Cultural Park, PuraUluwatu, serta acara shopping di Joger. Detail kegiatan dan biaya tour ini dapat anda simak seperti uraian dibawah ini : OBYEK WISATA YANG DIKUNJUNGI Obyek pertama yang dikunjungi adalah Pantai Tanjung Benoa, pantai dengan hamparan pasir putih yang indah di belahan Bali selatan. Pantai ini berair tenang dan bersih serta sangat cocok sebagai tempat rekreasi untuk keluarga. Terdapat berbagai macam olahraga air yang ditawarkan oleh penduduk local seperti jet ski, banana boat, diving, parasailing, dan lain-lain. Tempat ini juga menyewakan boat menuju pulau Penyu, tempat penangkaran dan pemeliharaan penyu terbesar di Bali. Dilanjutkan menuju Garuda Wisnu Kencana Cultural Park, compleks wisata dimana terdapat patung Dewa Wisnu yang sedang mengendarai burung Garuda yang rencananya dipakai sebagai icon Bali di dunia international. Terdapat beberapa restaurant, panggung pergelaran, dan tempat pameran melengkapi keberadaan patung Wisnu dan Garudanya di taman wisata ini. Selain itu, ditempat ini juga dipertontonkan berbagai pertunjukan seni yang telah dijadwal setiap harinya. Didekat patung dewa Wisnu terdapat sebuah pura yang memiliki sumber air suci yang sebagian airnya dialirkan ke kolam Wisnu. Membasuh muka dengan air suci ini dipercaya akan membuat seseorang tetap awet muda. Makan siang disajikan di the beranda,s restaurant. Beranjak menuju Pura Uluwatu, Pura suci peninggalan Dang Hyang Nirartha dalam misinya menyebarkan agama Hindu di Bali. Dang Hyang Nirartha adalah seorang pendeta suci yang datang ke Bali pada abad ke 16. Beliau melakukan perjalanan keliling Bali untuk memagari pulau Bali dengan kekuatan batinnya dan ditempat inilah beliau mengakhiri perjalanan serta menuju nirwana tanpa meninggalkan jasadnya di dunia. Pura ini dijaga oleh puluhan kera yang konon merupakan pengikut setia Sang Pendeta. Tour berakhir di Joger, sebuah tempat shopping yang terkenal dengan sebutan “pabrik kata-kata”. Toko Joger sendiri pertama kali dibangun tahun 1981 oleh pemiliknya yang bernama Joseph Theodorus Wulianadi di pusat kota Denpasar, dan setelah tahun 1990 mulai mengkonsentrasikan usahanya di area Kuta dengan produk utama berupa baju dan souvenir berhiaskan kata-kata yang unik. Tempat belanja ini cukup ramai pembeli setiap harinya, bahkan pemilik tokopun sampai membatasi jumlah pembelian oleh para pengunjung.www.balikuholiday.com